Langsung ke konten utama

Aku tutup yaa.

 Aku kembali dengan keadaan yg berbeda.

Kembali memberanikan diri, merangkai kata lagi, menulis lagi.

Dan ini soal hati yang baru saja patah, patah berkali-kali, kecewa lagi dan lagi. Perasaan yang masih bercampur aduk.

3 ½tahun lalu atau tepatnya September 2017, aku berkenalan dengan seseorang disosial media. Kita berteman, tapi lama-lama nyaman. Ia seperti hantu terkadang datang dan pergi seenaknya dan kembali lagi. Bukan tukang "ghosting" tapi "unghosting" istilah yang baru ku dengar dan menyadarinya sekarang. Yaa, unghosting hampir mirip dengan ghosting bedanya "si unghosting ini" datang dan pergi berulang-ulang seperti tidak punya rasa bersalah. Alasannya klasik "ga bisa move on, atau ga ada yg lebih baik dari kamu" haha buaya. 

Baiklah, aku tidak berbicara tentang rasa sakit karna terlalu banyak yang sudah ku tulis tentang rasa sakit. Tentang perjuanganku pun sudah ku tulis, rasa sedih dan kecewa pun sudah ku tuangkan. Tapi kali ini aku akan menulis pertemuanku dengannya akhir tahun 2020  yang penuh dengan drama, dan diakhiri dengan "ceritanya ku tutup ya" Januari 2021.

3tahun aku menanti sebuah pertemuan. Kau memberi janji tuk bertemu tapi dengan berbagai alasan selalu saja tak bisa. Aku pun memberanikan menemuimu ke kota yang kau tinggali saat itu tapi tak bertemu. Dan akhirnya Desember 2020, aku nekat untuk pergi ke kotamu "sendiri" berharap banyak bisa menghabiskan waktu, tertawa, bercanda dan berbagi cerita seperti yang kita lakukan divirtual. Tapi nyatanya tidak seperti itu, mungkin soal waktu, lagi-lagi aku menyalahkan waktu padahal diri kita sendiri yang salah. Ya kita yang salah, kita yang memaksakan tuk bertemu seharusnya belum waktunya. Begitu cepat tak terasa penantian 3 tahun lamanya terbayar 2 jam begitu cepat. Aku tak menyesalkan pergi menemuinya, tapi mengapa begitu cepat bahkan lebih cepat dari perkiraan.

Ingin menghabiskan waktu bersama, tapi tak lama bersama harus berpisah. Jika ditanya bagaimana perasaanku saat itu aku bahagia, tapi ada sesuatu yang mengganjal yang tak bisa diungkapkan. Rasanya sesak sangat sesak setelah malam itu berpisah, harusnya esok pagi bertemu lagi tapi ternyata tidak. Ia punya kesibukan padahal libur, sedangkan aku hanya bisa berdiam diri memandang langit-langit dan tak lama hujan di sore hari. Menyedihkan, malamnya aku sangat berharap bisa bertemu tapi lagi-lagi tak bertemu sampai esoknya ketika ku harus pulang dan meninggalkan kota itu.

Pertemuan yang sangat singkat, ku pikir setelah pertemuan itu kita akan baik-baik saja. Tapi ternyata itu hanya berjalan beberapa hari saja, lalu beberapa hari kemudian kau seolah menghilang. Aku menduga-duga sepertinya kau sedang ada masalah dan menghilang beberapa hari, padahal saat itu aku sangat butuh kabarmu. Dan akhirnya kau pun menghubungi walaupun dengan sekata atau dua kata, tapi tak diduga hati yang sudah lelah ingin menyerah mengucapkan kata yang membuat kita berdua beradu argumen. Hingga bertengkar hebat, berada dititik harus melepaskan tangan yang sedari awal tidak pernah digenggam atau terus berjuang. Pada akhirnya kau melepaskan tanganmu, memilih jalanmu sendiri dan begitu pula dengan diriku. Padahal aku masih ingin bersamamu, tapi "berjuang berdua bukan seorang diri". Kau tau aku menunggu dan berjuangmelewati ratusan hari bahkan sudah ribuan, hanya untuk melihatmu secara nyata. Terkadang menangis, mengapa begitu banyak rintangan untuk bertemu denganmu dan pada akhirnya menyakitkan juga. Berpisah dalam jangka waktu temu 23hari sesudahnya, menyakitkan bukan? Aku berpikir apakah kau melihat fisik? Tapi ku rasa tidak, aku tau kau sudah tidak punya perasaan itu lagi. Sebelum aku memutuskan pergi menemui, berharap dengan bertemu dapat mengembalikan perasaan itu lagi tapi nyatanya tidak. Menyakitkan, tapi sudahlah. Semuanya sudah berakhir. 

Aku tak tau kau akan membaca ini atau tidak, tapi untuk segala hal yang selama ini terjadi ku ucapkan terimakasih. Pada akhirnya aku pun mengikuti jalanmu saat ini, memilih fokus pada apa yang ingin diraih dulu. Tidak memikirkan soal perasaan dulu.

Perasaan yang begitu dalam, ceritanya yang begitu panjang akhirnya berakhir juga. Yaa, berakhir dengan tragis. Tidak ada yang harus disesali hanya saja banyak pelajaran yang diambil, 3tahun 4bulan jauh-dekat-jauh-dekat-jauh sampai akhirnya kau dan aku berdamai dan saat ini berteman baik. Yaa mungkin harusnya sedari awal kita berteman saja tanpa melibatkan perasaan, nyaman saja tanpa memberi rasa sayang, dekat saja tanpa status yaa.. kita memang dekat saja tanpa memiliki status (Pacaran). 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terlalu

Aku yang terlalu.. Terlalu berharap.. Terlalu memikirkan.. Terlalu takut.. Yaa aku yang terlalu berharap,memikirkan dan takut. Seharusnya aku bersikap biasa-biasa saja,seharusnya aku diam saja tak usah berkata. Tapi pada kenyataanya aku malah berkata. Harusnya lebih baik ku pendam,tak usah ku tulis. Tapi apa dayaku? Aku ingin menulis apa yg kurasakan saat ini. Emosi yg campur aduk ingin marah tapi ku rasa tak perlu, argh aku benci posisi seperti ini karenamu. Ingatlah,lakukanlah apapun yang bisa membuatmu bahagia tak merasa bosan ataupun sepi. Jika aku tak bisa menghilangkan rasa itu,carilah seseorang yg bisa jika kau ingin! Aku akan tetap berdiri paling jauh bersama doaku.

Pesanku Untukmu Calon Imamku

Untukmu calon imamku.. Aku tak mempunyai kriteria yg khusus.. Tapi aku hanya ing in seperti sosok bapakku.. Jika kau tak bisa seperti bapakku.. Belajarlah jadi seorang laki-laki yg bertanggung jawab saat ini.. Pekerja keras,dan tak lupa tuntutlah ilmu agama,Yg paling penting untuk mengarungi kehidupan dizaman sekarang.. Karna kau seorang pemimpin yg akan memimpinku dan anak-anakmu dan mungkin saja banyak orang.. Dan,kau harus tau.. Aku bukan perempuan yg sempurna banyak kekuranganku.. Aku tak bisa memberi kasih sayang yg seperti ibumu yg tak pernah melukai hatimu,mungkin kelak aku akan melukai hatimu dengan sikapku. tapi aku akan belajar jadi ibu yg baik untuk anak kita .. Memberikan cinta dan kasih,menyayanginya.. Dan kau harus tau.. Jika kau mencintaiku karna rupa.. Rupa takkan selamanya cantik ia akan pudar oleh waktu.. Jika kau mencintaiku karna rasa , rasa pun seiring waktu akan pudar jika tak diiringi dengan apa yg kita punya yaitu "Allah" Karna itu,menci